Frasa Bunda Putri



Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat nonprediktif. Akhir-akhir ini, ada sebuah frasa yang begitu akrab di telinga kita, yakni frasa bunda putri. Ketika Luthfi Hasan Ishaaq (LHI) memperkenalkan frasa tersebut di ruang persidangan Tindak Pidana Korupsi, frasa itu menjadi perbincangan hangat. Frasa itu bahkan membuat Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) bereaksi dan bersegera menyelenggarakan konfrensi pers. Pasalnya, LHI menyatakan bahwa frasa itu memiliki hubungan erat dengan SBY. Orang nomor satu di Indonesia itu membantahnya dan menyebut LHI 1000 hingga 2000 persen berbohong.
Konstruksi frasa bunda putri dibangun oleh dua kata, yakni kata bunda dan putri. Dua kata yang kontradiktif. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia[1], kata bunda merujuk pada orang tua perempuan. Sementara itu, kata putri memiliki beberapa pengertian, yaitu anak perempuan raja, anak perempuan, khusus wanita, dan anak kandung wanita.
Seorang ibu adalah pelindung bagi anak-anaknya, sebagaimana induk ayam yang siap menyerang siapa pun yang hendak mendekati anaknya. Ibu yang telah melahirkan dan memberi makan anak-anaknya. Kata bunda menyiratkan makna tersebut, yakni melahirkan, memberi makan, dan melindungi. Dalam konteks politik Indonesia, bunda bisa berarti orang yang berperan dalam melahirkan pejabat publik, mengatur poyek-proyek, sekaligus melindungi pejabat-pejabat publik tersebut.
Adapun, kata putri menyiratkan kedekatan dengan lingkaran kekuasaan. Siapa yang mungkin dekat dengan seorang raja, jika bukan anaknya sendiri? Oleh sebab itu, suatu kewajaran apabila masyarakat menghubungkaitkan frasa tersebut dengan SBY sebagai pemegang tampuk kekuasaan tertinggi di negara ini, apalagi beredar foto-foto pejabat yang berada dalam lingkaran kekuasaan bersama sesosok wanita yang diduga berada di balik frasa bunda putri.
Frasa bunda putri dapat dimaknai sebagai orang yang selama ini berperan dalam melahirkan, memberi makan, dan melindungi pejabat-pejabat karena kedekatannya dengan kekuasaan. Pemaknaan ini membuat kita mampu memahami, mengapa posisi mentri-mentri yang berasal dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) tetap aman di pemerintahan, meski jelas-jelas partai tersebut selalu menempatkan dirinya sebagai oposis tinimbang koalisi dengan partai yang berkuasa. Oleh sebab itu, tidak dapat disalahkan jika muncul dugaan, jangan-jangan orang yang tengah berkuasa merupakan salah satu yang “dilahirkan” oleh frasa ini? Bukankah seorang anak harus berbakti kepada ibunya?
Siapa sosok di balik frasa bunda putri? Tafsir pertama merujuk kepada perempuan bernama Non Saputri. Namun, kemunculan nama ini justru dipandang sebagai strategi decoy, yakni umpan palsu untuk mengelabui pihak musuh.
Boleh jadi, frasa itu memang tidak merujuk hanya kepada sesosok perempuan saja, tetapi banyak sosok-sosok lainnya yang berada di balik frasa bunda putri karena frasa itu dapat bermakna perempuan yang memiliki kedekatan dengan kekuasaan. Sebagaimana sifat sebuah frasa yang nonprediktif, agaknya demikian pula sosok-sosok di balik frasa bunda putri, tidak dapat diprediksi.


Jalan Bunga, 23 Oktober 2013





[1] http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/
Share on Google Plus

About Denny Prabowo

Penulis, penyunting, penata letak, pedagang pakaian, dokumentator karya FLP, dan sederet identitas lain bisa dilekatkan kepadanya. Pernah bekerja sebagai Asisten Manajer Buku Sastra di Balai Pustaka. Pernah belajar di jurusan sastra Indonesia Unpak. Denny bisa dihubungi di e-mail sastradenny@gmail.com.

0 ulasan:

Catat Ulasan

Tinggalkan jejak sobat di sini