Membaca Postmodernisme SGA


Oleh Denny Prabawa

Perkembangan teknologi yang dibawa oleh modernisme, membuat arus informasi seperti banjir bandang. Kemudahan akses informasi pada akhirnya membuat informasi seperti serakan benda-benda yang terbawa arus saat banjir bandang. Memahami tiap benda-benda berserakan yang datang serentak dalam jumlah yang begitu banyak sangat sulit.

Akibatnya, seperti yang Fuller katakan, terjadi inkoherensi massal, diskontinuitas umum, dan ketidakpaduan diri (hlm. 27). Kondisi itulah yang menjadi tetanda bagi posmodernitas, sebuah masa ketika para teoritikus, penulis, dan seniman meragukan ambisi-ambisi modernesime.

Seperti yang dikutip Fuller dalam buku ini, Eagleton mendefinisikan postmodernitas sebagai akhir dari modernitas terkait narasi besar kebenaran, nalar, sain, kemajuan, emansipasi universal. Kaum postmodernis percaya bentuk-bentuk kehidupan itu relatif. Seni dan sastra postmodern menolak batasan-batasan dan kategori-kategori baku terkait seni tinggi dan seni rendah (hlm. 34—35).

Untuk memahami gagasan postmodernisme, Fuller membuat tabel dikotomis yang merupakan rangkuman ide-ide modernisme dan postmodernisme. Tabel itu sangat berguna untuk melihat ciri-ciri yang membedakan gagasan modernisme dengan postmodernisme. Fuller kemudian menetapkan empat aspek postmodernisme yang digunakannya untuk membaca karya-karya SGA, yakni mikronarasi, identitas diri yang jamak, metafiksi, dan keterkaitan dengan budaya populer.

Teknik mikronarasi yang digunakan SGA tampak pada cerita-cerita yang mengangkat konflik politik di Dili dan Aceh, konflik etnis Cina, dan Petrus. Dengan menggunakan teknik mikronarasi ini, SGA berhasil mengkritik rezim Orde Baru melalui suara-suara para tokoh yang menjadi korban kebijakan Orde Baru. Identitas diri yang jamak tampak pada penokohan si penembak gelap (Keroncong Pembunuhan), Saleh (Helikopter), dan penggunaan nama Sukab dalam beberapa karyanya.

Teknik metafiksi muncul dalam cerpen Bandana yang menunjukan kompromi tokoh dan teks terhadap kehadiran pengarang. Dalam Wisanggeni, Sang Buronan dan Negeri Senja SGA menunjukan hubungan pengarang-pembaca. Sedangkan intertektualitas tampak dalam beberapa karya SGA yang menyertakan catatan kaki, yang berhasil menciptakan instabilitas teks. Penggunaan komik yang selama ini dianggap bagian dari sastra rendah (popular) seperti tampak dalam Kematian Doni Osmond, berhasil menghancurkan sekat antara sastra tinggi dan sastra rendah.

Akhirnya, dengan memanfaatkan gagasan postmodernisme, SGA melakukan perlawanan terhadap politik Orde Baru yang membawa gagasan modernisme dengan jargon pembangunan dan stabilitas semu melalui tindakan represif.

Sebagai sebuah tesis, buku ini cukup renyah untuk dinikmati sehingga memudahkan pembaca untuk mencerna wacana postmodernisme yang digunakan Fuller untuk membaca karya-karya SGA. Boleh jadi, kerenyahan itu ada kaitannya dengan kerja penerjemahan yang dilakukan oleh Anton Kurnia. Menarik sungguh untuk membandingkan hasil terjemahaan ini dengan teks aslinya.

Sayangnya, dalam tesis ini, Fuller hanya mencoba melacak gagasan postmodernisme dalam karya-karya SGA saja, ia takcoba mencari jejak postmodernisme dalam ujaran-ujaran SGA terkait proses kreatifnya, seperti tampak dalam Pengalaman Menulis Cerita Panjang[1]. Dalam tulisannya itu SGA mengatakan, “saya sudah lama tidak peduli dengan ‘mitos’ bahwa yang baik adalah yang utuh”.



Judul : Sastra dan Politik: Membaca Karya-karya Seno Gumira Ajidarma
Penulis : Andy Fuller
Penerjemah : Anton Kurnia
Penerbit : Insist Press
Cetakan : Pertama, Desember 2011
Tebal : 128 hlm.







[1] Catatan untuk diskusi naskah novel Program Penulisan Majelis Sastra Asia Tenggara, 14 Juli 2011, Wisma Arga Mulya, Cisarua, Bogor.



Share on Google Plus

About Denny Prabowo

Penulis, penyunting, penata letak, pedagang pakaian, dokumentator karya FLP, dan sederet identitas lain bisa dilekatkan kepadanya. Pernah bekerja sebagai Asisten Manajer Buku Sastra di Balai Pustaka. Pernah belajar di jurusan sastra Indonesia Unpak. Denny bisa dihubungi di e-mail sastradenny@gmail.com.

0 ulasan:

Catat Ulasan

Tinggalkan jejak sobat di sini