Kisah Pohon Sagu: Sagu untuk Suku Kipya

Oleh Denny Prabowo
Diterbitkan oleh Balai Pustaka, 2011



Kedua gadis Kipya itu membawa Miripu ke kampung mereka. Mereka mengajaknya ke Tamu Upya, pusat kediaman orang Kipya. Maka berceritalah kedua gadis itu tentang makanan yang baru saja mereka santap.

Orang-orang Kipya tertarik mendengar cerita kedua gadis itu. Rupanya mereka memang sudah bosan memakan lem dari getak pohon itu.

“Cobalah ini!” kata gadis bertubuh kurus kepada salah seorang temannya. Ia memberikan sepotong sagu yang diberikan Miripu. Temannya langsung menyantap sagu itu.

“Enak sekali! Aku suka makanan ini!” seru temannya itu. Maka orang-orang makin penasaran dengan makanan baru itu.

Kepala suku yang mendengar keramaian di Tamu Upya, keluar dari kediamannya. Ia menghampiri kerumunan itu. Orang-orang yang melihat kedatangan kepala suku mereka segera member jalan.

“Ada apa kalian berkumpul ramai-ramai?” Tanya kepala suku.

“Ada sagu, Bapak,” terang gadis bertubuh gemuk, “orang Nariki ini yang membawanya.”

“Rasanya enak sekali, Bapak!” seru gadis bertubuh kurus.

Miripu mengambil sisa sagu di tasnya untuk diberikan kepada kepala suku. Kepala suku itu memakan sagu yang diberikan Miripu. Ia mengunyahnya perlahan.

“Hmm… jauh lebih nikmat dari lem!” ujar kepala suku. Orang-orang pun bersorak. Mereka membopong Miripu seolah pemuda itu pahlawan yang baru menang perang.

“Kalau kalian mau, saya bisa mengajari kalian membuat sagu itu,” kata Miripu, setelah orang-orang menurunkannya kembali ke tanah.

“Bagus jika kau mau mengajari,” kata Kepala Suku, “bawa beberapa orang suku kami. Ajari mereka cara membuat sagu itu.”

“Baik, Bapak!” sahut Miripu memberi hormat pada kepala suku.

Miripu mengajak beberapa orang suku Kipya berkunjung ke keluarga Napuku. Mereka berjalan beriringan ke hulu sungai. Miripu membawa mereka menemui Omaoma dan adik perempuannya yang bernama Pasay.

Mereka berdua merupakan tapemaroko atau penghuni pertama di daerah itu. Meski seorang wanita, tetapi karena dianggap memiliki kemampuan, Omaoma diangkat sebagai pemimpin kampong.

“Ada apa Miripu dating beramai-ramai menemui Oma?” Tanya permpuan itu dengan ramah.

“Mereka orang Kipya,” jelas Miripu, “mau belajar membuat sagu, Oma.”

“Bagus sekali, Miripu,” ujar Omaoma, “kudengar, selama ini mereka hanya makan lem dari getah pohon.”

“Betul, Oma,” kata gadis bertubuh gemuk yang turut pula dalam rombongan itu, “tapi setelah kami mencicipi sagu itu, kami ingin sekali bisa membuatnya, Omaoma. Bolehkah kami berdian di daerah sini untuk belajar pada Miripu?”

“Tentu saja,” kata Omaoma, “Pasay, coba kau perintahkan beberapa orang membantu Miripu. Buatkan tempat tinggal sementara bagi orang-orang Kipya.”

“Baik, Omaoma,” jawab adiknya itu. Kemudian ia memanggil beberapa orang untuk membantu Miripu.

Orang-orang Kipya itu dibangunkan tempat tinggal sementara di tepi hutan sagu. Mereka saling bahu membahu membangun tempat tinggal itu. Tak berapa lama, tempat tinggal itupun berdiri. Orang Kipya menyampaikan rasa terima kasih kepada Omaoma yang telah menerima mereka dengan baik.


Share on Google Plus

About Denny Prabowo

Penulis, penyunting, penata letak, pedagang pakaian, dokumentator karya FLP, dan sederet identitas lain bisa dilekatkan kepadanya. Pernah bekerja sebagai Asisten Manajer Buku Sastra di Balai Pustaka. Pernah belajar di jurusan sastra Indonesia Unpak. Denny bisa dihubungi di e-mail sastradenny@gmail.com.

0 ulasan:

Catat Ulasan

Tinggalkan jejak sobat di sini