Rahasia Harta Karun

Oleh Denny Prabowo


“Yes, Berhasil!” seru Tebing. Ia baru saja mengunduh sebuah m-book novel petualangan. Novel karangan leluhurnya dari milenium ke-2. Namanya sama dengan nama dirinya, Tebing Cakrawala. Ayahnya sengaja menamai dirinya dengan nama leluhurnya yang dikenal sebagai pengarang besar dan petualang di zamanya.

Tebing menyimpan m-book itu ke Memory Reader-nya, lalu mengenakannya di kepala. Bentuknya mirip head lamp atau senter kepala. Alat itu bisa menginstal file apa pun ke dalam memori otak dengan teknologi gelombang pikiran.

Di milenium ke-3, orang tak perlu membaca. Mereka cukup menginstal memory-book ke dalam otaknya, setiap kata yang tertulis pada memory-book akan otomastis tersimpan dalam ingatan yang setiap saat bisa dipanggil menggunakan Memory Reader. Sebab itu, tak ada sekolahan di milenium ke-3. Seluruh pengetahuan diperoleh dengan meng-install memory-book ke dalam otak.

Tebing pun tertidur sambil menikmati novel leluhurnya itu.

***

Waktu subuh, Tebing terbangun. Pergi ke kamar mandi. Selesai mandi, ia berwudu. Ayah yang dulu mengajarkan Tebing berwudu. Tapi ketika ingin memulai salat, Tebing tiba-tiba lupa caranya. “Gimana, ya...? Duh, aku kok lupa....”

Tebing mengambil Memory Reader-nya. Dengan alat itu ia bisa memanggil m-book cara salat yang dahulu pernah di-install-kan oleh Ayah. Namun, Memory Reader itu tak berfungsi. Tebing berlari keluar. Bunda sedang berdiri di depan kompor tenaga air laut. Wajahnya seperti anak kecil yang baru dibelikan mainan, tapi ia tak tahu cara memainkannya.

“Kenapa tiba-tiba Bunda seperti lupa segalanya, ya?” ujar Bunda dengan kening berkerut. Tangannya memencet tombol-tombol pada kompor listrik.

“Tebing juga Bunda!” kata Tebing, “Tebing lupa cara salat!”

Bunda langsung menoleh ke arah Tebing, memandang keheranan. Bukannya Tebing paling rajin salat? Kenapa dia bisa lupa?

“Memory Reader punya Tebing juga kayaknya rusak....”

“Aneh... punya Bunda juga nggak berfungsi,” keluh Bunda melepas Memory Reader dari kepalanya.

“Ayah mana, Bunda?”

“Ayah belum pulang sejak kemarin,” terang Bunda, “katanya ada masalah di kantornya. Ada....” Belum selesai Bunda bicara, tiba-tiba terdengar suara keras, BRAAAAKKKKK!!! Lalu terdengar suara ledakan, DUUUAAARRR!!!

Tebing dan Bunda berlari keluar rumah. Sebuah Air Car terjatuh dari angkasa dan meledak persis di halaman rumah mereka. Di angkasa tampak mobil udara lainnya berseliweran tak terkendali dan saling bertabrakan. Lalu lintas udara pagi itu benar-benar kacau.

Bunda coba menghubungi Gelang Identitas milik Ayah, tapi ia lupa cara menggunakannya.

“Awaaasss, Bunda!” Tebing menomprok tubuh Bunda sehingga keduanya terjatuh. Sebuah Helibike (sepeda berbaling-baling) menyeruduk tebok rumah mereka. Beruntung pengendaranya sempat menekan tombol rem, meski sesungguhnya ia asal menekan saja.

“Ma... maaf...,” mohon pengendara Helibike itu, “tiba-tiba saya lupa cara mengendarai benda ini.”

Gelang Identitas di pergelangan tangan Bunda berbunyi. Bunda asal-asalan memencet tombol pada gelang itu. Berhasil! Sosok Ayah dalam bentuk hologram muncul di hadapan mereka, mengucap salam. Tebing dan Bunda langsung menjawab salam Ayah. Lalu ia bertanya cemas, “Bunda dan Tebing baik-baik saja?”

“Sejauh ini kami baik-baik saja,” terang Bunda, “hanya sedikit shock karena sebuah Helibike baru saja menabrak rumah kita.”

“Pengendara itu pasti lupa cara mengendarainya, ingatan tentang itu pasti terhapus.”

“Benar Ayah,” seru tebing, “itu yang dikatakan pengemudinya! Apa yang terjadi?”

“Ada pemuda iseng bernama Rexo-rex yang sejak dulu ingin sekali menghancurkan jaringan internet. Dia berhasil menciptakan virus baru bernama Rexoholic. Tapi di luar dugaannya, virus itu juga mengganggu sistem jaringan satelit dan mengacaukan gelombang pikiran.”

“Maksud Ayah, menghilangkan memori kita?” tanya Bunda khawatir.

“Hanya memori yang kita install menggunakan Memory Reader. Sedang memori yang hadir karena pengalaman tak akan hilang.”

“Pantas Tebing masih ingat cara wudu,” gumam Tebing.

“Lalu mengapa Ayah masih ingat cara menghubungi Bunda menggunakan Gelang Identitas?” tanya Bunda.

“Ayah yang merancang benda ini, jadi ingatan mengenai itu tak terhapus.”

“Tapi bukankah gelombang satelit dirusak virus... ehm virus apa tadi Ayah bilang?”

“Rexoholic!” jelas Ayah, “masih ada jaringan satelit yang belum terinfeksi. Tapi tak akan berlangsung lama. Virus ini terlalu kuat. Bunda sebaiknya bawa tebing ke ruang bawah tanah. Ayah sebentar lagi sampai di rumah.”

Tiba-tiba terdengar suara ledakan di luar rumah. Sosok hologram Ayah menghilang. Bunda segera menarik lengan Tebing. Mereka berlari menuruni tangga ke bawah tanah. Tak berapa lama Ayah tiba di ruang bawah tanah. Bunda dan Tebing berlari memeluk Ayah, mereka ketakutan.

“Akhirnya saat itu tiba juga,” gumam Ayah, “kehancuran dunia seperti yang ditulis Kakek Tebing Cakrawala dalam novelnya.”

“Apakah itu berarti kiamat, Ayah?” tanya Tebing ketakutan.

“Entahlah,” jawab Ayah, “yang pasti setelah ini peradaban dunia akan mundur ke belakang.”

“Bagaimana cara kita hidup di masa itu, Ayah?” tanya Bunda cemas.

“Dengan ini!” Ayah memperlihatkan sebuah kunci kuno dari milenium ke-2. Ia lalu membuka pintu besi yang berada di ruang bawah tanah, letaknya tersembunyi di bawah tangga.

Di balik pintu itu ada sebuah tangga. Mereka menuruni tangga perlahan. Tebing dan Bunda bertanya-tanya dalam hati, akan diajak ke mana mereka oleh Ayah? Mereka berdua tak mengetahui keberadaan pintu besi itu sebelumnya.

Anak tangga itu berakhir di sebuah lorong dengan pintu besi lebih besar. “Dari sinilah hidup kita akan dimulai,” kata Ayah sambil membuka pintu besi itu dengan kunci yang sama. Ketika pintu besi itu terbuka, ruangan di balik pintu itu pun benderang.

“Rumah di bawah rumah?” seru Bunda menatap Ayah tak percaya. Ayah hanya tersenyum.

Kreeeettt... Ayah membuka pintu rumah berarsitekur milenium ke-2 itu perlahan. Bunda dan Tebing terkesima menatap bagian dalam rumah yang sangat luas, penuh perabotan kuno, dan pada tiap sisi dinding rumah itu terdapat rak buku.

“Buku!” lonjak Tebing kegirangan. Benda itu seperti barang langka yang tak mungkin mereka temukan. Di milenium ke-3 buku cetakan telah musnah, tak ada lagi pohon untuk membuat kertas.

Ayah mengambil sebuah novel dari salah satu rak buku. Novel karya Kakek Tebing Cakrawala yang berjudul Rahasia Harta Karun. Kata Ayah, “Dalam novel inilah Kakek Tebing Cakrawala menggambarkan kepunahan ilmu pengetahuan di milenium ke-3 karena virus yang menyerang peralatan digital. Sebab itu, ia membangun tempat ini untuk kita. Peradaban dunia akan dimulai dari sini!”

Mereka bertiga saling berpelukan, saling memandang membayangkan masa depan di balik tetumpuk buku peninggalan leluhur mereka.***
Share on Google Plus

About Denny Prabowo

Penulis, penyunting, penata letak, pedagang pakaian, dokumentator karya FLP, dan sederet identitas lain bisa dilekatkan kepadanya. Pernah bekerja sebagai Asisten Manajer Buku Sastra di Balai Pustaka. Pernah belajar di jurusan sastra Indonesia Unpak. Denny bisa dihubungi di e-mail sastradenny@gmail.com.

0 ulasan:

Catat Ulasan

Tinggalkan jejak sobat di sini