Kemarin siang, istrinya telepon dari kampung. Bidan memperkirakan, besok malam anaknya akan lahir. Dia segera memesan tiket online. Alhamdulillah, dapat kereta pagi. Sebelum pukul 6, dia sudah harus berada di stasiun Senen untuk print tiket, masuk peron, lalu menunggu kereta diberangkatkan. Semalaman, dia tidak bisa tidur, memikirkan kereta, istrinya, dan calon bayinya. Pukul 4.30, dia sudah stand by di stasiun Bojong Gede.
Kereta pertama dari stasiun Bogor masuk ke peron dua. Dia naik ke gerbong dua. Tidak ada kursi tersisa. Dia duduk di atas kopernya. Matanya terasa berat. Dia sandarkan pada tiang pegangan di ujung tempat duduk. Sesaat kemudian, dia telah berada di sisi istrinya. Bidan terlihat panik. Istrinya tampak kelelahan setelah terus-terusan mengejan, tapi bayinya tidak juga keluar. Mereka melarikannya ke rumah sakit.
Sudah 10 tahun mereka menikah. Akhirnya, kabar baik itu datang juga. Istrinya mengandung buah hati mereka. Usia kehamilannya sudah delapan bulan, saat monitor USG itu menunjukkan letak bayinya. Plasenta previa, doagnosis dokter. Harus dicesar. Aku mau melahirkan di kampung saja, kata istrinya.
Suara tangis bayi. Dia terbangun dari tidurnya. Beberapa saat lagi, kereta masuk stasiun Manggarai. Dia harus transit ke Jatinegara, sebelum naik kereta ke Senen dari stasiun Jatinegara. Dia berniat turun di stasiun Pondok Jati. Kantornya tidak jauh dari stasiun itu, cukup jalan kaki saja. Sekarang dia sudah punya jawaban untuk teman-teman kantornya, mengapa dia dan istrinya belum berniat punya anak.
Bunga, 9/3/2015
0 ulasan:
Catat Ulasan
Tinggalkan jejak sobat di sini